DIALOG
KONSELING (kartu dialog mata kuliah Teknik Labor Konseling)
Ki : (Mengetuk pintu, tok...tok...tok...) Assalamu’alaikum.....
Ko : Wa’alaikumsalam... (membuka pintu dan menjabat tangan
klien) silahkan
masuk.
Ki : Terima kasih bu (masuk)
Ko : Sebelumnya,
ananda mau duduk disini atau disitu?
Ki : Disini
saja bu.
Ko : Ya, silahkan....! (Penerimaan Klien)
Baiklah ananda bagaimana kabarnya sekarang?
Ki :
Sehat bu…
Ko : Ok Alhamdulillah ya.... nah agar lebih akrab, alangkah lebih baik kita
berkenalan terlebih dahulu. Nama ibu Rahmiati, panggil saja ibu Rahmi. Ananda sendiri?
Ki : Nama saya Na bu.
Ko : Na lebih suka ibu panggil apa?
Ki : Na aja bu…
Ko : Baiklah Na, apakah Na pernah konseling sebelumnya?
Ki : Belum bu
Ko
: Nah sejauh ini, apa yang Na ketahui tentang konseling?
Ki : Tidak tahu bu…
Ko : OK,
ibu akan menjelaskannya. Konseling itu merupakan dimana
terjadi
hubungan tatap muka,
antara konselor dan klien. Ibu sendiri adalah sebagai konselor, dan Na sebagai
klien. Tujuan diadakannya konseling ini adalah agar bisa mengurangi dan
mengatasi apa yang menjadi beban fikiran Na. Dalam konseling ini ibu sangat
berharap agar Na mengungkapkan atau menceritakan apa yang Na alami, Na rasakan,
atau yang menjadi beban fikiran Na tanpa ada rasa terpaksa dan tanpa ada yang
disembunyikan atau ditutup-tutupi. Setelah konseling ini selesai, ibu sangat
berharap Na mau mengaplikasikan apa yang Na peroleh dari konseling kita ini. Bagaimana?
Ada pertanyaan Na? (Penstrukturan)
Ki : Ya bu, apakah semua yang saya ceritakan
kepada ibu akan dirahasiakan?
Ko
: Ya Na, semua yang Na ungkapkan kepada ibu akan ibu rahasiakan, dan tidak akan
ibu ceritakan kepada orang lain tanpa seizin dari Na sendiri, bagaimana Na?
Ki
: Oh begitu, Ya bu
Ko
: Sekarang bisakah kita memulai konselingnya?
Ki
: Bisa bu.
Ko
: Ok, apa yang bisa kita bicarakan siang ini Na?
Ki
: Begini bu, saat ini saya merasa…
sangat galau sekali bu.
Ko
: Apa yang terjadi Na? (PT)
Ki
: Saya punya mantan kekasih bu, dimana umurnya sudah terpaut jauh dari saya. Mantan
kekasih saya itu sekarang sudah punya istri bu, tapi pernikahannya terjadi
bukan atas keinginannya sendiri. Melainkan karena perjodohan yang dilakukan
oleh orang tuanya.
Ko
: Lalu apa yang mengganggu fikiran Na? (PT)
Ki
: Dia menyatakan kalau dia masih sayang
sama saya bu, dan Na sebenarnya juga masih sayang sama dia. Tapi Na sudah
berusaha untuk melupakannya, namun sampai sekarang Na masih terganggu dengan
perlakuannya itu loh bu?
Ko
: Apa Na menanggapi pernyataannya tersebut? (PT)
Ki
: Iya bu, dia kan masih suka sms atau telfon Na. Ya seperti tidak ada kejadian
apapun, padahal dia sudah mempunyai istri. Dia masih sering menanyakan tentang
kabar Na, terus dia kadang sms “sudah makan atau belum” dan masih banyak lagi
yang lainnya bu.
Ko
: Apa Na nyaman dengan kondisi seperti ini?
Ki
: Tidak bu, malahan Na sangat merasa takut dengan keadaan ini . Na khawatir,
kalau ada orang lain yang tahu kalau dia masih sering sms dan telfon Na.
Bisa-bisa masalah besar akan timbul dengan kejadian seperti ini.
Ko
: Sekarang Na inginnya seperti apa? (PT)
Ki
: Na sekarangkan masih kuliah bu, jadi
masa depan Na itu masih panjang. Na ingin dia tidak mengganggu Na lagi. Na
ingin hidup tenang dan Na juga ingin membuka hati lagi untuk orang lain selain
dia. Dan yang paling penting Na ingin melupakannya bu.
Ko
: Nah, sampai sekarang apa yang Na
lakukan untuk mewujudkan itu semua?
Ki
: Kalau misalnya dia sms Na, Na coba
untuk tidak membalas sms nya. Kalau dia menelfon Na, Na cuekin saja bu. Intinya
Na tidak merespon sms dan telfonnya bu.
Ko
: Bagaimana tanggapannya atas sikap Na
tersebut?
Ki
: Dia bilang “kenapa telfon bang tidak
diangkat, sms juga tidak dibalas?”.
Terus Na bilang
“kenapa kok masih menghubungi Na, abang kan sudah punya istri”.
Ko
: Terus…
Ki
: Terus dia bilang “apa salahnya abang menghubungi adik abang?”, kemudian Na
jawab “iya memang, tapi Na takut nanti istri abang marah. Sekarang jangan
hubungi Na lagi dan jangan pernah mengganggu hidup Na lagi karena sekarang kita
sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi”. Terus dia jawab “Kalaupun abang tidak
bisa menjadi pacar Na, abangkan bisa menganggap Na sebagai adik abang sendiri”.
Ko
: Bagaimana Na menanggapi pernyataan mantan Na itu?
Ki
: Kalau dia menganggap Na sebagai adiknya sendiri, ya tidak apa-apa bu. Tapi
perlakuannya terhadap Na melebihi perlakuannya terhadap adiknya sendiri, dan
itu sangat jauh berbeda. Dan yang Na takutkan bu, nanti ada yang tau akan
sikapnya seperti itu.
Ko
: Na merasa tidak nyaman dengan perlakuannya itu? (Mengenali Perasaan)
Ki : Ya bu, Na merasa risih jadihnya bu.
Ko
: Apa Na sudah pernah mengatakan ketidak senangan Na tersebut
kepadanya?
Ki
: Sudah bu, tapi dia tetap menghubungi Na. Responnya hanya “abang mengerti apa
yang adik rasakan”, terus Na jawab “Kalau abang mengerti, tolong jangan pernah
hubungi Na lagi”, terus dia jawab “baiklah kalau itu maunya adek, abang akan
lakukan”. Tapi kenyataannya dia masih menghubungi Na. Kalau Na pergi bermain
dengan teman-teman, dia selalu banyak tanya “pergi kemana? sama siapa?
Pulangnya jangan lama-lama nanti sakit, abangkan juga khawatir”. Na sangat
tidak senang caranya seperti itu.
Ko
: Na tidak suka dengan sikap mantan Na yang berlebihan seperti itu? (Refleksi)
Ki : Ya bu, Na sangat tidak suka. Apalagi
diatur-atur seperti itu, tapi bu kalau Na lagi kesepian atau suntuk,
sedikit-sedikit Na juga butuh perhatian dari dia bu. Kalau dia tidak sms atau
telfon, na merasa ada hal yang mengganjal.
Ko
: Na mengatakan ingin melupakannya, di sisi lain Na masih membutuhkan perhatian
darinya, bagaimana itu Na? (Konfrontasi)
Ki
: (Diam)...... (SUDIM)
Ya... gimana ya bu,
sebenarnya Na ingin sikap dia itu tidak berlebihan bu. Na maunya dia itu
bersikap biasa-biasa saja dan tidak over seperti itu bu.
Ko
: Dengan keinginan Na seperti itu, apa mungkin hubungan itu akan membaik?
Ki
: Gimana ya bu, Na juga bingung. Sebenarnya Na sangat ingin sekali melupakan
mantan Na, karena Na juga kasihan sama istri mantan Na itu bu. Bagaimanapun
juga istrinya itu sudah Na anggap sebagai kakak Na sendiri. Na jadi merasa
bersalah karena suaminya masih sms dan telfon Na.
Ko
: Lalu bagaimana dengan keinginan Na, kalau lagi suntuk Na ingin dia
menghubungi Na?
Ki
: mmm..... iya sih bu, tapi sebenarnya Na sangat ingin melupakannya bu karena
Na tidak mau seperti ini terus. Tapi Na tidak tau bagaimana caranya bu, menurut
ibu bagaimana?
Ko
: Kalau seperti ini bagaimana Na, Na coba untuk membuka hati pada laki-laki
lain agar sedikit demi sedikit Na bisa melupakan mantan Na. (KIRLAIN)
Ki
: Iya juga sih bu, tapi Na agak susah
untuk membuka hati pada orang lain bu.
Ko
: Apa usaha yang telah Na lakukan untuk
itu?
Ki
: mmmm....... tidak ada sih bu, hanya
saja Na masih ingat sama mantan Na. Kalau ada orang yang ingin dekat dengan Na
bu, Na kurang respon dengannya.
Ko
: Nah dengan cara Na seperti itu, apa mungkin Na bisa melupakan mantan Na?
Ki
: Tidak sih bu, mungkin Na memang harus
bisa mencoba untuk membuka dan menerima orang lain untuk menjadi teman dekat Na
bu.
Ko
: Nah apa yang akan Na lakukan agar Na bisa membuka hati pada orang lain?
Ki
: mmmm..... mungkin seperti ini bu, sebelumnya Na kan kurang merespon orang
yang ingin dekat dengan Na, jadi Na harus merespon orang yang ingin dekat
dengan Na itu bu.
Ko
: Merespon bagaimana itu Na? (Merumuskan Tujuan)
Ki
: Ya misalnya dia sms Na atau telfon Na, terus Na balas atau angkat telfonnya.
Biasanyakan Na cuekin aja bu tidak ada Na balas.
Ko
: Bagus sekali Na (Penguatan), terus
apa lagi yang akan Na lakukan?
Ki
: Na harus menerima seseorang itu apa adanya bu, bukan ada apanya. Intinya Na
harus menerima orang itu bukan hanya dari kelebihannya tapi juga kelemahannya.
Misalkan ada sifat yang kurang Na sukai darinya, Na akan mengatakan langsung
kepadanya.
Ko
: Bagaimana cara Na mengatakan hal itu?
Ki
: Misalkan dia suka ngatur-ngatur Na, maka Na akan katakan kalau Na kurang suka
diatur-atur, Na kan juga punya kebebasan, gitu bu.
Ko
: ok, intinya Na akan membicarakan secara baik-baik dengannya apabila ada hal
yang tidak Na sukai, benar begitu Na? (Penafsiran)
Ki : Ya
benar bu.
Ko
: Ok bagus, terus masih ada lagi Na? (Penguatan)
Ki : Ya
bu, Na akan memberikan perhatian yang baik padanya bu.
Ko
: Bentuk perhatian Na itu seperti apa?
Ki : Palingan, pagi-pagi Na ditelfon “kamu sudah
Shalat apa belum?”, nah kalau dia nanya Na jawab, terus Na juga akan balik nanya....
gitu bu..
Ko
: Ya bagus Na. Na sudah menyebutkan
semua hal agar Na bisa membuka hati pada orang lain dan supaya Na bisa
melupakan mantan Na. Apa masih ada lagi Na?
Ki
:
Sepertinya tidak bu.
Ko
: Baiklah Na ibu yakin Na bisa mewujudkan keiginan Na untuk melupakan mantan Na
dan membuka hati lagi kepada orang lain. (GUSRAT)
Ki : Ya
bu, amiiin.....
Ko
: Nah setelah kita melakukan konseling ini, apa yang bisa Na simpulkan? (Penyimpulan)
Ki
: Kesimpulannya, Na akan mencoba untuk
membuka hati lagi kepada orang yang ingin dekat dengan Na agar Na bisa
melupakan mantan Na.
Ko
: Bagus Na, kira-kira kapan Na akan
mulai melakukan hal-hal yang telah kita bicarakan ini? (Merumuskan Kontrak)
Ki
:
Segera bu, kalo dia sms atau telfon.... Na akan respon.
Ko
: Bagus sekali Na, dan kira-kira kapan kita akan membicarakan hal ini kembali?
Ki
:
Kira-kira lima hari lagi lah bu, berarti hari jum’at.
Ko
: Ok,dimana kita bisa membicarakannya?
Ki
:
Diruangan ini saja bu.
Ko
: Jam berapa itu Na?
Ki :
Sekitar pukul 10 han lah bu.
Ko
: Baiklah ibu akan tunggu Na diruangan
ini pada hari kamis pukul 10.
Ki
:
Ya bu.
Ko
: Baiklah Na, sekarang apa yang menjadi prinsip utama Na dalam menyelesaikan
permasalahan Na? (Penilaian)
Ki
: Yang menjadi prinsip Na bu, untuk
melupakan mantan itu bisa dengan cara membina hubungan dengan orang lain.
Ko
: Bagus.... kemudian setelah kita melakukan konseling ini pengetahuan baru apa
yang dapatkan?
Ki
: Laki-laki didunia ini tidak satu bu,
jadi untuk apa kita masih mengharapkan mantan kita yang sudah menjadi milik
orang lain.
Ko
: Ok Na, setelah ini apa yang akan Na
lakukan?
Ki
: Pastinya Na akan mencoba menjalin
hubungan dengan orang lain bu.
Ko
: Bagus sekali Na. Nah sekarang
bagaimana perasaan Na?
Ki :
Alhamdulillah sudah agak sedikit lega bu.
Ko
: Bagus ya, kemudian seberapa besar
keinginan Na untuk menyelesaikan permasalahan Na?
Ki
: kalau keinginan.... sangat besar bu
karena ini menyangkut masa depan.
Ko
: Ok, kalau misalkan kita persentasekan kira-kira keinginan Na itu berapa
persen?
Ki
: 100 % bu
Ko
: Ya bagus sekali itu Na.
Ibu do’akan agar
semua yang menjadi beban fikiran Na segera terselesaikan Amiiinn...., dan ibu
sangat yakin Na bisa mengatasi semua ini, karena tidak ada permasalahan yang
tidak ada jalan keluarnya kalau kita selalu berusaha. Apabila ada hal yang
ingin Na ceritakan kepada ibu, Insya Allah ibu siap membantu Na (berdiri,
bersalaman) semoga apa yang Na inginkan bisa segera terwujud. (Mengakhiri
Konseling)
Ki
: Amiiiinn..... makasih bu.
Ko
: (menghantar menuju pintu) hati-hati dijalan Na!
Ki
: OK bu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar