Rabu, 30 Oktober 2013

makalah filsafat islam



A.    PENDAHULUAN
           Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semua filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama Tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih “mencari Tuhan”       , dalam filsafat Islam justru Tuhan sudah ditemukan. Bukan berarti sudah usang dan tidak dibahas lagi, namun filsuf Islam lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia dan alam, karena sebagaimana kita ketahui, pembahasan Tuhan hanya menjadi sebuah pembahasan yang tak pernah ada finalnya.
           Pemikiran filosof masuk kedalam dunia Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai ahli pikir Islam di Suria, Mesopotamia, Persia dan Mesir. Bila dilihat dari sejarah peradaban umat Islam, maka munculnya pemikiran filsafat dalam dunia Islam ini merupakan gejala dari perkembangan keilmuan dalam masyarakat Islam sejak timbulnya agama Islam.










  1. PEMBAHASAN
  1. Filsafat Islam
            Filsafat Arab
            Para penulis berbeda pendapat dalam memberikan nama, apakah filsafat Arab ataukah filsafat Islam. Diantara penulis yang menamakan filsafat Arab adalah Maurice de Wulf dalam bukunya Histoire de la Philosophie Medievale (sejarah filsafat abad pertengahan), dan Emile Brehier dalam bukunya Histoire de la Philosophie (sejarah filsafat). Sedangkan penulis yang memakai istilah filsafat Islam diantaranya ialah Max Horten, sarjana Jerman dalam soal-soal keislaman. Alasannya memberikan istilah filsafat Islam karena kebanyakan tokoh-tokohnya bukan dari keturunan Semit, jelasnya bukan dari umat Arab. Oleh karena itu maka filsafat tersebut dipertalikan kepada Islam.
            Sebenarnya perbedaan istilah tersebut hanya perbedaan nama saja, sebab bagaimanapun hidup dan suburnya pemikiran tersebu (filsafat) adalah dibawah naungan Islam, dan kebanyakan karyanya ditulis dalam bahasa arab. Kalau yang dimaksud dengan “filsafat Arab” ialah bahwa filsafat tersebut adalah hasil umat Arab semata-mata maka tidak benar, sebab kenyataan menunjukan bahwa Islam telah mempersatukan berbagai umat, dan semuanya telah ikut serta dalam memberikan sumbanganya dalam filsafat tersebut.
            Kalau yang dimaksud dengan “filsfat Islam” ialah bahwa filsafat tersebut adalah hasil pemikiran kaum Muslimin semata-mata, juga berlawanan dengan sejarah, karena awalnya mereka berguru pada aliran Nestorius dan Jacobitas dari golongan Masehi, Yahudi dan penganut agama Sabi’ah.
            Namun pemikiran-pemikiran filsafat pada kaum muslimin, lebih tepat disebut filsafat Islam, mengingat bahwa Islam bukan saja sekedar agama tetapi juga kebudayaan.

  1. Hubungan Filsafat Islam dan Filsafat Yunani
            Tidak dapat dipungkiri bahwa filsafat Islam terpengaruh oleh filsafat Yunani. Filosof-filosof Islam banyak mengambil pikiran Aristoteles dan sangat tertarik dengan pikiran-pikiran Plotinus sehingga banyak teorinya yang diambil. Demikianlah keadaan orang yang datang kemudian, terpengaruh oleh orang-orang sebelumnya dan berguru kepada mereka. Sedangkan orang yang hidup pada abad ke-20 ini, dalam banyak hal masih berhutang budi kepada orang-orang Yunani dan Romawi. Akan tetapi berguru tidak berarti mengekor dan hanya mengutip, sehingga harus dikatakan bahwa filsafat Islam itu hanya kutipan semata-mata dari Aristoteles, sebagaimana yang dikatakan Renan, atau dari Neo-Platonisme, dan seperti yang dikatakan Duhem, karena filsafat Islam telah menampung dan mempertemukan berbagai aliran pikiran. Kalau filsafat Yunani merupakan sumbernya, maka tidak aneh kalau kebudayaan India dan Iran juga menjadi sumbernya.
            Perpindahan dan pertukaran pikiran tidak selalu berarti berhutang budi. Sesuatu persoalan kadang-kadang dibicarakan dan diselidiki oleh orang banyak dan hasilnya bisa bermacam-macam corak. Filosof-filosof Islam pada umumnya hidup dalam lingkungan dan suasana yang berbeda dari apa yang dialami oleh filosof-filosof lain, dan pengaruh-pengaruh lingkungan dan suasana terhadap jalan pikiran mereka tidak bisa dilupakan. Pada akhirnya tidak bisa dipungkiri bahwa dunia Islam telah berhasil membentuk suatu filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat Islam sendiri.
  1. Ruang lingkup Filsafat Islam Menurut Para Filosof
  1. Al-Kindi
Dikalangan kaum Muslimin, orang yang pertama kali memberikan pengertian filsafat dan lapangannya ialah Al-Kindi. Ia membagi filsafat kepada tiga bagian, yaitu:
1)      Thibiyyat (ilmu fisika), sebagai tingkatan yang paling bawah
2)      Al-ilm-ur-Riyadi (matematika), sebagai tingkatan yang tengah-tengah
3)      Ilm-ur-Rubiyyah (ilmu ketuhanan), sebagai tingkatan yang paling tinggi
Alasan pembagian tersebut ialah karena ilmu adakalanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat diindra, yaitu sesuatu yang berupa benda, yakni fisika, atau adakalanya berhubungan dengan benda tetapi mempunyai wujud sendiri, yaitu matematika  yang terdiri dari ilmu hitung, tehnik, astronomi dan musik, atau tidak berhubungan dengan benda sama sekali, yaitu ilmu ketuhanan.
  1. Al-Farabi
Tentang lapangan filsafat Islam, Al-Farabi membaginya kepada dua bagian yaitu:
1)      Al-Falsafah an-nadhariyyah (filsafat teori), yaitu mengetahui sesuatu yang ada, dimana seseorang tidak bisa (tidak perlu) mewujudkannya dalam perbuatan. Bagian ini meliputi ilm-at-at-a’alim (matematika), al-ilm-ut-thabi’i (ilmu fisika) dan ilm ma ba’da at-thabi’iyyat (metafisika).
2)      Al-Falsafah al-‘amaliyyah (filsafat amalan), yaitu mengetahui sesuatu yang seharusnya diwujudkan dalam perbuatan dan yang menimbulkan kekuatan untuk mengerjakan bagian-bagian yang baik. Bagian amalan ini adakalanya berhubungan dengan perbuatan-perbuatan baik yang seharusnya dikerjakan oleh tiap-tiap orang, yaitu yang dinamakan ilmu akhlak (etika), adakalanya berhubungan dengan perbuatan-perbuatan baik yang seharusnya dikerjakan oleh penduduk negeri, atau disebut dengan al-falsafah al-madaniyyah (filsafat politik).
  1. Ikhwanushafa
Menegenai lapangan filsafat, maka dikatakannya ada empat yaitu matematika, logika, fisika, dan ilmu ketuhanan.
Ilmu ketuhanan mempunyai bagian-bagian, yaitu:
1)      Mengenai Tuhan
2)      Ilmu kerohanian, yaitu malaikat-malaikat Tuhan
3)      Ilmu kejiwaan, yaitu mengetahui roh-roh dan jiwa-jiwa, yang ada pada benda-benda langit dan alam.
4)      Ilmu politik yang mencakup politik kenabian, politik pemerintah, politik umum (politik kekotaan), politik khusus (politik rumah tangga), politik pribadi (akhlak).
5)      Ilmu keakhiratan, yaitu mengetahui hakikat kehidupan dihari kemudian.
  1. Ibnu Sina
Bagian-bagian filsafat ketuhanan menurut Ibnu Sina ialah:
1)      Ilmu tentang cara turunnya wahyu dan makhluk-makhluk rohani yang membawa wahyu itu, demikian pula bagaimana cara wahyu itu di sampaikan, dari sesuatu yang bersifat rohani kepada sesuatu yang dapat dilihat dan didengar.
2)      Ilmu keakhiratan (ma’ad), antara lain memperkenalkan kepada kita bahwa manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang abadi itu akan mengalami siksa dan kesenangan.
  1. Sikap AL-Ghazali terhadap filosof
            Al-Ghazali adalah orang yang pertama mendalami filsafat dan yang sanggup melakukan pengkritikan. Dan hasil penelitiannya ditulis dalam sebuah buku yang berjudul Maqasid al-Falasifah dan Tahafut al-Falasifah.
            Menurut Al-Ghazali, lapangan filsafat ada enam, yaitu matematika, logika, fisika, metafisika (ketuhanan), politik dan etika. Hubungan keenam hal tersebut dengan agama tidak sama, ada yang tidak berlawanan sama sekali dan ada yang berlawanan dengan agama.
  1. Matematika
Menurut Al-Ghazali, agama tidak melarang ataupun memerintahkan ilmu matematika (ilmu pasti), karena ilmu adalah hasil pembuktian pikiran yang tidak bisa diingkari, sesudah dipahami dan diketahui.

  1. Logika
Lapangan logika menurut Al-Ghazali, juga tidak ada sangkut pautnya dengan agama, atau dengan perkataan lain. Agama tidak memerintahkan atau melarang logika, karena logika berisi penyelidikan tentang dalil-dalil (alasan-alasan) pembuktian, kias-kias (syllogisme), syarat-syarat pembuktian(burhan), definisi-definisi dan sebagainya. Dan hal ini tidak perlu diingkari, karena masih sejenis dengan yang dipakai oleh ulama-ulama theologi Islam.
  1. Ilmu fisika
Menurut Al-Ghazali, membicarakan tentang planet-planet, unsur-unsur (benda-benda) tunggal seperti air, hawa, tanah, dan api, kemudian benda-benda tersusun seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, logam, sebab-sebab perubahan dan pelarutannya. Pembahasan tersebut sejenis dengan pembahasan lapangan kedokteran, yaitu menyelidiki tubuh orang, anggota-anggota badannya dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi didalamnya. Sebagaimana agama tidak diisyaratkan mengingkari ilmu kedokteran, maka demikian pula dengan ilmu fisika juga tidak perlu diingkari.
  1. Metafisika (ketuhanan)
Menurut Al-Ghazali, banyak sekali berisi kesalahan filosof-filosof. Mereka tidak bisa mengadakan ketelitian dalam lapangan ketuhanan, sebagaimana yang telah diadakan oleh mereka dala lapangan logika, dan oleh karena itu perbedaan pendapat mereka dalam lapangan tersebut banyak sekali. Diantara tokoh Yunani yang mendekati filosof-filosof Islam, seperti yang dinukilkan oleh Al-Farabi dan Ibnu Sina, ialah Aristoteles. Kesalahan-kesalahan mereka dalam lapangan tersebut ada duapuluh soal, dalam tujuh belas soal diantaranya mereka harus dinyatakan sebagai orang-orang bidat, sedangkan dalam tiga soal lagi mereka dinyatakan sebagai ateis (kafir), karena pikiran-pikiran mereka dalam tiga soal tersebut berlawanan sama sekali dengan pendirian semua kaum muslimin.
  1. Politik
Menurut Al-Ghazali, semua kata-kata para filosof  berkisar pada satu soal saja, yaitu hikmat kebijaksanaan yang bertalian dengan soal-soal dan kekuasaan duniawi.
  1. Etika (moral)
Dalam segi etika (akhlak), perkataaan mereka berkisar pada sifat jiwa, macam-macamnya dan cara menghadapinya.
            Tiga pikiran filsafat metafisika yang menurut Al-Ghazali sangat berlawanan dengan Islam dan yang oleh karenanya para filosof harus dinyatakan sebagai orang ateis ialah:
  1. Alam tak bermula
Tentang alam yang tak bermula, yang dilontarkan oleh para filosof , dengan tegas Al-Ghazali menentang argumen ini karena menurutnya alam berasal dari tidak ada menjadi ada sebab diciptakan oleh Tuhan. Dalam al-quran dengan jelas disebutkan bahwa Tuhan adalah pencipta dari segala sesuatu. Dan menurut Al-Ghazali, tidak ada seorangpun dari orang Islam yang menganut paham bahwa alam tidak bermula.
  1. Tuhan tidak mengetahui perincian alam
Mengenai pendapat para filosof yang menyatakan bahwa Tuhan hanya mengetahui alam secara global, tetapi tidak secara partikular.  Al-Ghazali menentang dengan jawaban bahwa tidak ada sebutir atompun yang ada dilangit dan dibumi yang luput dari pengetahuan-Nya . Selanjutnya, menurut Al-Ghazali jika Tuhan tidak mengetahui hal-hal yang bersifat partikular, maka ini akan mengakibatkan terhapusnya inayah Tuhan terhadap makhlukNya sehingga hal ini akan menafikan pahala dan siksa di akhirat.
  1. Pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani
Al-Ghazali menolak pendapat filosof yang mengatakan bahwa pada hari kiamat nanti hanya jiwa (roh) saja yang dibangkitkan, sedangkan badan atau jasad tidak. Menurutnya bahwa yang dibangkitkan nanti adalah jiwa dan badan.

C.         KESIMPULAN
            Para penulis berbeda pendapat dalam memberikan nama, apakah filsafat Arab ataukah filsafat Islam. Diantara penulis yang menamakan filsafat Arab adalah Maurice de Wulf dalam bukunya Histoire de la Philosophie Medievale (sejarah filsafat abad pertengahan), dan Emile Brehier dalam bukunya Histoire de la Philosophie (sejarah filsafat). Sedangkan penulis yang memakai istilah filsafat Islam diantaranya ialah Max Horten, sarjana Jerman dalam soal-soal keislaman. Alasannya memberikan istilah filsafat Islam karena kebanyakan tokoh-tokohnya bukan dari keturunan Semit, jelasnya bukan dari umat Arab. Oleh karena itu maka filsafat tersebut dipertalikan kepada Islam.
            Ruang lingkup filsafat Islam menurut para filosof
  1. Al-Kindi
Al-Kindi membagi filsafat kepada tiga bagian, yaitu:
1)      Thibiyyat (ilmu fisika), sebagai tingkatan yang paling bawah
2)      Al-ilm-ur-Riyadi (matematika), sebagai tingkatan yang tengah-tengah
3)      Ilm-ur-Rubiyyah (ilmu ketuhanan), sebagai tingkatan yang paling tinggi
  1. Al-Farabi
Tentang lapangan filsafat Islam, Al-Farabi membaginya kepada dua bagian yaitu:
1)      Al-Falsafah an-nadhariyyah (filsafat teori)
2)      Al-Falsafah al-‘amaliyyah (filsafat amalan)
  1. Ikhwanushafa
Menegenai lapangan filsafat, maka dikatakannya ada empat yaitu matematika, logika, fisika, dan ilmu ketuhanan.
  1. Ibnu Sina
Bagian-bagian filsafat ketuhanan menurut Ibnu Sina ialah:
1)      Ilmu tentang cara turunnya wahyu dan makhluk-makhluk rohani yang membawa wahyu itu, demikian pula bagaimana cara wahyu itu di sampaikan, dari sesuatu yang bersifat rohani kepada sesuatu yang dapat dilihat dan didengar.
2)      Ilmu keakhiratan (ma’ad), antara lain memperkenalkan kepada kita bahwa manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang abadi itu akan mengalami siksa dan kesenangan.
















DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Ahmad. 1990. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Nasution, Harun. 1983. Falsafat & Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Nata, Abuddin. 1995. Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf. Jakarta: Raja Gravindo Persada.

taksonomi media pembelajaran



 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................. iii
B. Rumusan Masalah............................................................................................................. iii
C. Tujuan............................................................................................................................... iv
BAB II PEMBAHASAN
A. Taksonomi media menurut pendapat ahli ........................................................................ 1
B. Pengelompokan berdasarkan ciri fisik............................................................................... 3
C. Pengelompokan berdasarkan penggunaan........................................................................ 3
D. Pengelompokan berdasarkan jenis.................................................................................... 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................................... 6
B. Saran................................................................................................................................. 6
DAFTAR KEPUSTAKAAN






BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
          Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam peroses belajar. Para guru dituntut agar mampu memahami, menggunakan alat-alat yang tersedia dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran.
       Karena guru sebagai pengembang ilmu sangat penting sekali untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik. Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang kondusif serta terjadinya interaktif antara guru dan siswa dengan baik. Pembelajaran akan lebih bermakna manakala menarik minat siswa dan memberikan kemudahan untuk memahami materi karena penyajiannya dengan dilengkapi berbagai media sebagai sarana penunjang kegiatan pembelajaran. Maka dari itu pada makalah ini, akan membahas atau menguraikan jenis dan kelasifikasi media pembelajaran.
B.       Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mengemukakan masalah, diantaranya:
1.    Bagaimana taksonomi Media Pembelajaran menurut para ahli?
2.    Bagaimana pengelompokan media pembelajaran berdasarkan ciri fisik?
3.    Bagaimana pengelompokan Media Pembelajaran berdasarkan penggunaannya?
4.    Bagaimana pengelompokan Media Pembelajaran berdasarkan jenisnya?





C.       Tujuan
       Adapun tujuan penulisan makalah ini, disamping untuk memenuhi tugas terstruktur dalam mata kuliah, juga memberi wawasan tentang:
1.    Taksonomi Media Pembelajaran menurut para ahli
2.    Pengelompokan media pembelajaran berdasarkan ciri fisik
3.    Pengelompokan Media Pembelajaran berdasarkan penggunaannya
4.    Media Pembelajaran berdasarkan jenis
















BAB II
PEMBAHASAN
A.       Taksonomi Media Menurut Pendapat Ahli
1.         Rudy Bretz
       Menurut Bretz mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok yaitu audio, visual dan gerak. Bretz juga membedakan antara media siar (telekomunikation) dan media rekam (recording) sehingga terdapat delapan klasifikasi media.
a.    Media audio visual gerak
b.    Media audio visual diam
c.    Media audio semi gerak
d.   Media visual gerak
e.    Media visual diam
f.     Media semi gerak
g.    Media audio
h.    Media cetak
2.         Briggs
          Taksonomi ini lebih mengarah pada karakteristik menurut stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkan dari media sendiri, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan dan transmisinya. Briggs mengidentifikasikan media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, televisi dan gambar.
3.         Gagne
       Tanpa menyebutkan jenis dari masing-masing mediannya, Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu benda untuk didemontrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media ini kemudian dikaitkan dengan kemampuan memenuhi fungsi menurut tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh prilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi dan pemberi umpan balik.
4.         Edling
          Dalam penyusunan ini Edling beranggapan bahwa siswa, rangsangan belajar dan tanggapan merupakan variabel kegiatan belajar dengan media. Menurut Edling, media merupakan bagian dari enam unsur rangsangan belajar, yaitu dua untuk pengalaman audio meliputi kodifikasi subjektif visual dan kodifikasi objektif audio, dua untuk pengalaman visual meliputi kodifikasi subjektif audio dan kodifikasi objektif visual dan dua pengalaman belajar 3 dimensi meliputi pengalaman langsung dengan orang dan pengalaman langsung dengan benda-benda.
5.         Schramm
          Memandang media dari segi kerumitan dan besarnya biaya. Dia membedakan antara media rumit dan mahal (big media), media sederhana dan murah (little media). Schramm juga mengelompokkan media menurut daya liputnya menjadi media massal, kelompok dan media individual.
6.         Duncan
          Dalam menyusun taksonomi media menurut hirarki pemanfaatan untuk pendidikan, Duncan ingin menjajarkan biaya infestasi, kelangkaan dan keluasaan lingkup sasarannya di satu pihak dan kemudahan pengadaan serta penggunaan, keterbatasan lingkup sasaran dan rendahnya biaya dilain pihak dengan tingkat kerumitan perangkat mediannya dalam suatu hirarki. Dengan bahasa awam hal tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin rumit jenis perangkat media yang dipakai, semakin mahal biaya investasinya, semakin susah pengadaannya, tetapi juga semakin umum penggunaannya dan semakin luas lingkup sasarannya. Sebaliknya semakin sederhana perangkat media yang digunakan, biayanya akan lebih murah, pengadaannya akan lebih mudah, sifat penggunaannya lebih khusus dan lingkup sasarannya lebih terbatas. Pada dasarnya hirarki Duncan disusun menurut tingkat kerumitan perangkat dan media yang dipergunakan.
7.         Allen
          Terdapat Sembilan kelompok media, yaitu visual diam, film, televise, obyek 3 D, rekaman, pelajaran berprogram, demonstrasi, buku teks cetak, dan sajian lisan. Disamping mengklasifikasikan, Allen juga mengaitkan antara jenis media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Allen melihat bahwa, media tertentu memiliki kelebihan untuk tujuan belajar tertentu tetapi lemah untuk tujuan belajar yang lain. Allen mengungkapkan enam tujuan belajar, antara lain: info factual, pengenalan visual, prinsip dan konsep, prosedur, ketrampilan, dan sikap. Setiap jenis media tersebut memiliki perbedaan kemampuan untuk mencapai tujuan belajar
8.         Menurut Gerlach dan Ely
          Media dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri fisiknya atas delapan kelompok yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan simulasi.

B.       Pengelompokan Berdasarkan Ciri Fisik
Berdasarkan cirri dan bentuk fisiknya, media pembelajaran dapat dikelompokkan kedalam empat macam, yaitu:
1.      Media pembelajaran dua dimensi (2D), yaitu media yang tampilannya dapat diamati dari satu arah pandang saja yang hanya dilihat dimensi panjang dan lebarnya, misalnya foto, grafik, peta, gambar, bagan, papan tulis, dan semua jenis media yang hanya dilihat dari sisi datar saja.
2.      Media Pembelajaran tiga dimensi (3D), yaitu media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai dimensi panjang, lebar dan tinggi. Beberapa contoh media 3D adalah model, prototype, bola, kotak, dan alam sekitar.
3.      Media Pandang diam, yaitu media yang menggunakan media proyeksi yang hanya menampilkan gambar diam pada layar. Misalnya foto, tulisan, gambar.
4.      Media pandang gerak (motion picture), yaitu media yang menggunakan media proyeksi yang dapat menampilkan gambar bergerak dilayar, termasuk media televisi, film atau video recorder.

C.       Pengelompokan Berdasarkan Penggunaan
1.         Berdasarkan jumlah penggunaanya
a.         Penggunaan secara individual, seperti kelas atau laboratorium.
b.         Penggunaanya secara berkelompok, misalnya film
c.         Penggunaanya secara massal, misalnya televisi.
2.         Berdasarkan cara penggunaannya
a.       Media tradisional atau konvensional (sederhana). Media ini meliputi semua media pembelajaran dan bahan sumber belajar yang bisa digunakanoleh guru dalam mengajar dikelas.
b.      Media modern atau kompleks, seperti computer diintegrasikan dengan media lainnya.

D.       Pengelompokan Berdasarkan Jenis
1.      Berdasarkan indra yang digunakan:
a.       Media audio
b.       Media visual
c.       Media audio visual
2.      Berdasarkan jenis pesan yaitu:
a.         Media cetak
b.         Media non cetak
c.         Media grafis
d.        Media non grafis
3.      Berdasarkan sasarannya yaitu:
a.         Media jangkauan terbatas (tape)
b.         Media jangkauan yang luas (radio, pers)
4.      Berdasarkan penggunaan tenaga listrik (elektronik) yaitu:
a.         Media elektronik
b.         Media non elektronika
5.      Media grafis, adalah semua media yang mengandung grafis (tulisan/gambar)
Jenis-jenis media grafis antara lain:
a.         Media bagan
b.         Media grafik (grafik diagram)
c.         Media poster
d.        Karikatur
e.         Media gambar
f.          Media komik
g.         Media gambar bersambung/gambar seri (vitatoom).
6.      Media bentuk papan, adalah media yang menggunakan benda berupa sebagai sarana komunikasi yang dapat dibedakan menjadi:
a.         Media papan tulis (black/ white board)
b.         Media papan tempel/ pengumuman (information board)
c.         Media papan flanel (flanel board, left board, visual board)
d.        Media papan/ pameran/ visual (display board)
e.         Media papan magnet
f.          Media papan demonstrasi (demonstration board)
g.         Media papan paku (spika board)
7.      Media yang disorotkan (projectable aids) atau alat pandang (visual aids)
Media ini baru dapat dimanfaatkan setelah diproyeksikan, meliputi:
a.         Media sorot yang diam (still projection media)
b.         Media sorot yang bergerak (movie projection media)
c.         Media sorot mikro (micro projection media)
8.      Media bahan-bahan cetak (printed materials media), yaitu bahan cetak dari bahan pembelajaran. Misalnya: buku, pamflet, majalah, koran, dan sebagainya.



















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
          Taksonomi media pembelajaran telah dilakukan oleh para ahli dengan dasar pertimbangannya masing-masing. Duncan dan Scrhamm mengelompokkan media berdasarkan kerumitan dan biaya. Sedangkan Gagne dan Briggs, membuat taksonomi media dengan pertimbangan yang lebih berfokus pada proses dan interaksi dalam belajar, ketimbang sifat medianya sendiri. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual, dan gerak. Walaupun demikian, belum ada taksonomi media yang baku, berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran).
          Setiap jenis media memiliki karakteristiknya yang khas, yang dikaitkan atau dilihat dari berbagai segi (misalnya dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran yang dapat diliput, dan kemudahan kontrolnya oleh pemakai, menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan seluruh alat indera, dan petunjuk penggunaannya untuk mengatasi kondisi pembelajaran).

B.     Saran
          Dalam penulisan makalah ini kami telah berusaha menyelesaikannya dengan sebaik  mungkin, namun kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, terutama dosen pembimbing mata kuliah Media Pembelajaran dan umumnya kepada rekan mahasiswa.








DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arief S. Sadiman, dkk. 2011. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Gravindo Persada.
Asnawir & Basyiruddin Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers.