A.
PENDAHULUAN
Filsafat
Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada sejumlah
perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski
semua filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani
terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran
Islam. Kedua, Islam adalah agama Tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih
“mencari Tuhan” , dalam filsafat
Islam justru Tuhan sudah ditemukan. Bukan berarti sudah usang dan tidak dibahas
lagi, namun filsuf Islam lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia dan alam,
karena sebagaimana kita ketahui, pembahasan Tuhan hanya menjadi sebuah
pembahasan yang tak pernah ada finalnya.
Pemikiran
filosof masuk kedalam dunia Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai ahli
pikir Islam di Suria, Mesopotamia, Persia dan Mesir. Bila dilihat dari sejarah
peradaban umat Islam, maka munculnya pemikiran filsafat dalam dunia Islam ini
merupakan gejala dari perkembangan keilmuan dalam masyarakat Islam sejak
timbulnya agama Islam.
- PEMBAHASAN
- Filsafat Islam
Filsafat
Arab
Para penulis berbeda pendapat dalam
memberikan nama, apakah filsafat Arab ataukah filsafat Islam. Diantara penulis
yang menamakan filsafat Arab adalah Maurice de Wulf dalam bukunya Histoire de la Philosophie Medievale
(sejarah filsafat abad pertengahan), dan Emile Brehier dalam bukunya Histoire de la Philosophie (sejarah
filsafat). Sedangkan penulis yang memakai istilah filsafat Islam diantaranya
ialah Max Horten, sarjana Jerman dalam soal-soal keislaman. Alasannya memberikan
istilah filsafat Islam karena kebanyakan tokoh-tokohnya bukan dari keturunan
Semit, jelasnya bukan dari umat Arab. Oleh karena itu maka filsafat tersebut
dipertalikan kepada Islam.
Sebenarnya perbedaan istilah
tersebut hanya perbedaan nama saja, sebab bagaimanapun hidup dan suburnya
pemikiran tersebu (filsafat) adalah dibawah naungan Islam, dan kebanyakan
karyanya ditulis dalam bahasa arab. Kalau yang dimaksud dengan “filsafat Arab”
ialah bahwa filsafat tersebut adalah hasil umat Arab semata-mata maka tidak
benar, sebab kenyataan menunjukan bahwa Islam telah mempersatukan berbagai
umat, dan semuanya telah ikut serta dalam memberikan sumbanganya dalam filsafat
tersebut.
Kalau yang dimaksud dengan “filsfat
Islam” ialah bahwa filsafat tersebut adalah hasil pemikiran kaum Muslimin
semata-mata, juga berlawanan dengan sejarah, karena awalnya mereka berguru pada
aliran Nestorius dan Jacobitas dari golongan Masehi, Yahudi dan penganut agama
Sabi’ah.
Namun pemikiran-pemikiran filsafat
pada kaum muslimin, lebih tepat disebut filsafat Islam, mengingat bahwa Islam
bukan saja sekedar agama tetapi juga kebudayaan.
- Hubungan Filsafat Islam dan Filsafat Yunani
Tidak dapat dipungkiri bahwa
filsafat Islam terpengaruh oleh filsafat Yunani. Filosof-filosof Islam banyak
mengambil pikiran Aristoteles dan sangat tertarik dengan pikiran-pikiran
Plotinus sehingga banyak teorinya yang diambil. Demikianlah keadaan orang yang
datang kemudian, terpengaruh oleh orang-orang sebelumnya dan berguru kepada
mereka. Sedangkan orang yang hidup pada abad ke-20 ini, dalam banyak hal masih
berhutang budi kepada orang-orang Yunani dan Romawi. Akan tetapi berguru tidak
berarti mengekor dan hanya mengutip, sehingga harus dikatakan bahwa filsafat
Islam itu hanya kutipan semata-mata dari Aristoteles, sebagaimana yang
dikatakan Renan, atau dari Neo-Platonisme, dan seperti yang dikatakan Duhem,
karena filsafat Islam telah menampung dan mempertemukan berbagai aliran
pikiran. Kalau filsafat Yunani merupakan sumbernya, maka tidak aneh kalau
kebudayaan India dan Iran juga menjadi sumbernya.
Perpindahan dan pertukaran pikiran
tidak selalu berarti berhutang budi. Sesuatu persoalan kadang-kadang
dibicarakan dan diselidiki oleh orang banyak dan hasilnya bisa bermacam-macam
corak. Filosof-filosof Islam pada umumnya hidup dalam lingkungan dan suasana
yang berbeda dari apa yang dialami oleh filosof-filosof lain, dan
pengaruh-pengaruh lingkungan dan suasana terhadap jalan pikiran mereka tidak
bisa dilupakan. Pada akhirnya tidak bisa dipungkiri bahwa dunia Islam telah
berhasil membentuk suatu filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan
keadaan masyarakat Islam sendiri.
- Ruang lingkup Filsafat Islam Menurut Para Filosof
- Al-Kindi
Dikalangan kaum Muslimin, orang yang pertama kali memberikan pengertian
filsafat dan lapangannya ialah Al-Kindi. Ia membagi filsafat kepada tiga bagian,
yaitu:
1) Thibiyyat (ilmu fisika), sebagai
tingkatan yang paling bawah
2) Al-ilm-ur-Riyadi (matematika), sebagai
tingkatan yang tengah-tengah
3) Ilm-ur-Rubiyyah (ilmu ketuhanan),
sebagai tingkatan yang paling tinggi
Alasan pembagian tersebut ialah karena ilmu adakalanya berhubungan dengan
sesuatu yang dapat diindra, yaitu sesuatu yang berupa benda, yakni fisika, atau
adakalanya berhubungan dengan benda tetapi mempunyai wujud sendiri, yaitu
matematika yang terdiri dari ilmu hitung,
tehnik, astronomi dan musik, atau tidak berhubungan dengan benda sama sekali,
yaitu ilmu ketuhanan.
- Al-Farabi
Tentang lapangan filsafat Islam, Al-Farabi membaginya kepada dua bagian
yaitu:
1) Al-Falsafah an-nadhariyyah (filsafat
teori), yaitu mengetahui sesuatu yang ada, dimana seseorang tidak bisa (tidak
perlu) mewujudkannya dalam perbuatan. Bagian ini meliputi ilm-at-at-a’alim (matematika), al-ilm-ut-thabi’i
(ilmu fisika) dan ilm ma ba’da at-thabi’iyyat (metafisika).
2) Al-Falsafah al-‘amaliyyah (filsafat
amalan), yaitu mengetahui sesuatu yang seharusnya diwujudkan dalam perbuatan
dan yang menimbulkan kekuatan untuk mengerjakan bagian-bagian yang baik. Bagian
amalan ini adakalanya berhubungan dengan perbuatan-perbuatan baik yang
seharusnya dikerjakan oleh tiap-tiap orang, yaitu yang dinamakan ilmu akhlak
(etika), adakalanya berhubungan dengan perbuatan-perbuatan baik yang seharusnya
dikerjakan oleh penduduk negeri, atau disebut dengan al-falsafah al-madaniyyah (filsafat politik).
- Ikhwanushafa
Menegenai lapangan filsafat, maka dikatakannya ada empat yaitu
matematika, logika, fisika, dan ilmu ketuhanan.
Ilmu ketuhanan mempunyai bagian-bagian, yaitu:
1) Mengenai
Tuhan
2) Ilmu
kerohanian, yaitu malaikat-malaikat Tuhan
3) Ilmu
kejiwaan, yaitu mengetahui roh-roh dan jiwa-jiwa, yang ada pada benda-benda
langit dan alam.
4) Ilmu
politik yang mencakup politik kenabian, politik pemerintah, politik umum
(politik kekotaan), politik khusus (politik rumah tangga), politik pribadi
(akhlak).
5) Ilmu
keakhiratan, yaitu mengetahui hakikat kehidupan dihari kemudian.
- Ibnu Sina
Bagian-bagian filsafat ketuhanan menurut Ibnu Sina ialah:
1) Ilmu
tentang cara turunnya wahyu dan makhluk-makhluk rohani yang membawa wahyu itu,
demikian pula bagaimana cara wahyu itu di sampaikan, dari sesuatu yang bersifat
rohani kepada sesuatu yang dapat dilihat dan didengar.
2) Ilmu
keakhiratan (ma’ad), antara lain
memperkenalkan kepada kita bahwa manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya,
maka rohnya yang abadi itu akan mengalami siksa dan kesenangan.
- Sikap AL-Ghazali terhadap filosof
Al-Ghazali adalah orang yang pertama
mendalami filsafat dan yang sanggup melakukan pengkritikan. Dan hasil
penelitiannya ditulis dalam sebuah buku yang berjudul Maqasid al-Falasifah dan Tahafut
al-Falasifah.
Menurut Al-Ghazali, lapangan
filsafat ada enam, yaitu matematika, logika, fisika, metafisika (ketuhanan),
politik dan etika. Hubungan keenam hal tersebut dengan agama tidak sama, ada
yang tidak berlawanan sama sekali dan ada yang berlawanan dengan agama.
- Matematika
Menurut Al-Ghazali, agama tidak melarang ataupun memerintahkan ilmu
matematika (ilmu pasti), karena ilmu adalah hasil pembuktian pikiran yang tidak
bisa diingkari, sesudah dipahami dan diketahui.
- Logika
Lapangan logika menurut Al-Ghazali, juga tidak ada sangkut pautnya dengan
agama, atau dengan perkataan lain. Agama tidak memerintahkan atau melarang
logika, karena logika berisi penyelidikan tentang dalil-dalil (alasan-alasan)
pembuktian, kias-kias (syllogisme), syarat-syarat pembuktian(burhan),
definisi-definisi dan sebagainya. Dan hal ini tidak perlu diingkari, karena
masih sejenis dengan yang dipakai oleh ulama-ulama theologi Islam.
- Ilmu fisika
Menurut Al-Ghazali, membicarakan tentang planet-planet, unsur-unsur
(benda-benda) tunggal seperti air, hawa, tanah, dan api, kemudian benda-benda
tersusun seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, logam, sebab-sebab perubahan dan
pelarutannya. Pembahasan tersebut sejenis dengan pembahasan lapangan
kedokteran, yaitu menyelidiki tubuh orang, anggota-anggota badannya dan
reaksi-reaksi kimia yang terjadi didalamnya. Sebagaimana agama tidak
diisyaratkan mengingkari ilmu kedokteran, maka demikian pula dengan ilmu fisika
juga tidak perlu diingkari.
- Metafisika (ketuhanan)
Menurut Al-Ghazali, banyak sekali berisi kesalahan filosof-filosof.
Mereka tidak bisa mengadakan ketelitian dalam lapangan ketuhanan, sebagaimana
yang telah diadakan oleh mereka dala lapangan logika, dan oleh karena itu
perbedaan pendapat mereka dalam lapangan tersebut banyak sekali. Diantara tokoh
Yunani yang mendekati filosof-filosof Islam, seperti yang dinukilkan oleh
Al-Farabi dan Ibnu Sina, ialah Aristoteles. Kesalahan-kesalahan mereka dalam
lapangan tersebut ada duapuluh soal, dalam tujuh belas soal diantaranya mereka
harus dinyatakan sebagai orang-orang bidat,
sedangkan dalam tiga soal lagi mereka dinyatakan sebagai ateis (kafir), karena
pikiran-pikiran mereka dalam tiga soal tersebut berlawanan sama sekali dengan
pendirian semua kaum muslimin.
- Politik
Menurut Al-Ghazali, semua kata-kata para filosof berkisar pada satu soal saja, yaitu hikmat
kebijaksanaan yang bertalian dengan soal-soal dan kekuasaan duniawi.
- Etika (moral)
Dalam segi etika (akhlak), perkataaan mereka berkisar pada sifat jiwa,
macam-macamnya dan cara menghadapinya.
Tiga pikiran filsafat metafisika
yang menurut Al-Ghazali sangat berlawanan dengan Islam dan yang oleh karenanya
para filosof harus dinyatakan sebagai orang ateis ialah:
- Alam tak bermula
Tentang alam yang tak bermula, yang dilontarkan oleh para filosof ,
dengan tegas Al-Ghazali menentang argumen ini karena menurutnya alam berasal
dari tidak ada menjadi ada sebab diciptakan oleh Tuhan. Dalam al-quran dengan
jelas disebutkan bahwa Tuhan adalah pencipta dari segala sesuatu. Dan menurut
Al-Ghazali, tidak ada seorangpun dari orang Islam yang menganut paham bahwa
alam tidak bermula.
- Tuhan tidak mengetahui perincian alam
Mengenai pendapat para filosof yang menyatakan bahwa Tuhan hanya
mengetahui alam secara global, tetapi tidak secara partikular. Al-Ghazali menentang dengan jawaban bahwa tidak
ada sebutir atompun yang ada dilangit dan dibumi yang luput dari
pengetahuan-Nya . Selanjutnya, menurut Al-Ghazali jika Tuhan tidak mengetahui
hal-hal yang bersifat partikular, maka ini akan mengakibatkan terhapusnya
inayah Tuhan terhadap makhlukNya sehingga hal ini akan menafikan pahala dan
siksa di akhirat.
- Pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani
Al-Ghazali menolak pendapat filosof yang mengatakan bahwa pada hari
kiamat nanti hanya jiwa (roh) saja yang dibangkitkan, sedangkan badan atau
jasad tidak. Menurutnya bahwa yang dibangkitkan nanti adalah jiwa dan badan.
C.
KESIMPULAN
Para penulis berbeda pendapat dalam
memberikan nama, apakah filsafat Arab ataukah filsafat Islam. Diantara penulis
yang menamakan filsafat Arab adalah Maurice de Wulf dalam bukunya Histoire de la Philosophie Medievale
(sejarah filsafat abad pertengahan), dan Emile Brehier dalam bukunya Histoire de la Philosophie (sejarah
filsafat). Sedangkan penulis yang memakai istilah filsafat Islam diantaranya
ialah Max Horten, sarjana Jerman dalam soal-soal keislaman. Alasannya
memberikan istilah filsafat Islam karena kebanyakan tokoh-tokohnya bukan dari
keturunan Semit, jelasnya bukan dari umat Arab. Oleh karena itu maka filsafat
tersebut dipertalikan kepada Islam.
Ruang lingkup filsafat Islam menurut
para filosof
- Al-Kindi
Al-Kindi membagi filsafat kepada tiga bagian, yaitu:
1) Thibiyyat (ilmu fisika), sebagai
tingkatan yang paling bawah
2) Al-ilm-ur-Riyadi (matematika), sebagai
tingkatan yang tengah-tengah
3) Ilm-ur-Rubiyyah (ilmu ketuhanan),
sebagai tingkatan yang paling tinggi
- Al-Farabi
Tentang lapangan filsafat Islam, Al-Farabi membaginya kepada dua bagian
yaitu:
1) Al-Falsafah an-nadhariyyah (filsafat
teori)
2) Al-Falsafah al-‘amaliyyah (filsafat
amalan)
- Ikhwanushafa
Menegenai lapangan filsafat, maka dikatakannya ada empat yaitu
matematika, logika, fisika, dan ilmu ketuhanan.
- Ibnu Sina
Bagian-bagian filsafat ketuhanan menurut Ibnu Sina ialah:
1) Ilmu
tentang cara turunnya wahyu dan makhluk-makhluk rohani yang membawa wahyu itu,
demikian pula bagaimana cara wahyu itu di sampaikan, dari sesuatu yang bersifat
rohani kepada sesuatu yang dapat dilihat dan didengar.
2) Ilmu
keakhiratan (ma’ad), antara lain
memperkenalkan kepada kita bahwa manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya,
maka rohnya yang abadi itu akan mengalami siksa dan kesenangan.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Ahmad.
1990. Pengantar Filsafat Islam.
Jakarta: Bulan Bintang.
Nasution, Harun.
1983. Falsafat & Mistisisme dalam
Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Nata, Abuddin.
1995. Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf.
Jakarta: Raja Gravindo Persada.