Rabu, 30 Oktober 2013

makalah filsafat islam



A.    PENDAHULUAN
           Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semua filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama Tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih “mencari Tuhan”       , dalam filsafat Islam justru Tuhan sudah ditemukan. Bukan berarti sudah usang dan tidak dibahas lagi, namun filsuf Islam lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia dan alam, karena sebagaimana kita ketahui, pembahasan Tuhan hanya menjadi sebuah pembahasan yang tak pernah ada finalnya.
           Pemikiran filosof masuk kedalam dunia Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai ahli pikir Islam di Suria, Mesopotamia, Persia dan Mesir. Bila dilihat dari sejarah peradaban umat Islam, maka munculnya pemikiran filsafat dalam dunia Islam ini merupakan gejala dari perkembangan keilmuan dalam masyarakat Islam sejak timbulnya agama Islam.










  1. PEMBAHASAN
  1. Filsafat Islam
            Filsafat Arab
            Para penulis berbeda pendapat dalam memberikan nama, apakah filsafat Arab ataukah filsafat Islam. Diantara penulis yang menamakan filsafat Arab adalah Maurice de Wulf dalam bukunya Histoire de la Philosophie Medievale (sejarah filsafat abad pertengahan), dan Emile Brehier dalam bukunya Histoire de la Philosophie (sejarah filsafat). Sedangkan penulis yang memakai istilah filsafat Islam diantaranya ialah Max Horten, sarjana Jerman dalam soal-soal keislaman. Alasannya memberikan istilah filsafat Islam karena kebanyakan tokoh-tokohnya bukan dari keturunan Semit, jelasnya bukan dari umat Arab. Oleh karena itu maka filsafat tersebut dipertalikan kepada Islam.
            Sebenarnya perbedaan istilah tersebut hanya perbedaan nama saja, sebab bagaimanapun hidup dan suburnya pemikiran tersebu (filsafat) adalah dibawah naungan Islam, dan kebanyakan karyanya ditulis dalam bahasa arab. Kalau yang dimaksud dengan “filsafat Arab” ialah bahwa filsafat tersebut adalah hasil umat Arab semata-mata maka tidak benar, sebab kenyataan menunjukan bahwa Islam telah mempersatukan berbagai umat, dan semuanya telah ikut serta dalam memberikan sumbanganya dalam filsafat tersebut.
            Kalau yang dimaksud dengan “filsfat Islam” ialah bahwa filsafat tersebut adalah hasil pemikiran kaum Muslimin semata-mata, juga berlawanan dengan sejarah, karena awalnya mereka berguru pada aliran Nestorius dan Jacobitas dari golongan Masehi, Yahudi dan penganut agama Sabi’ah.
            Namun pemikiran-pemikiran filsafat pada kaum muslimin, lebih tepat disebut filsafat Islam, mengingat bahwa Islam bukan saja sekedar agama tetapi juga kebudayaan.

  1. Hubungan Filsafat Islam dan Filsafat Yunani
            Tidak dapat dipungkiri bahwa filsafat Islam terpengaruh oleh filsafat Yunani. Filosof-filosof Islam banyak mengambil pikiran Aristoteles dan sangat tertarik dengan pikiran-pikiran Plotinus sehingga banyak teorinya yang diambil. Demikianlah keadaan orang yang datang kemudian, terpengaruh oleh orang-orang sebelumnya dan berguru kepada mereka. Sedangkan orang yang hidup pada abad ke-20 ini, dalam banyak hal masih berhutang budi kepada orang-orang Yunani dan Romawi. Akan tetapi berguru tidak berarti mengekor dan hanya mengutip, sehingga harus dikatakan bahwa filsafat Islam itu hanya kutipan semata-mata dari Aristoteles, sebagaimana yang dikatakan Renan, atau dari Neo-Platonisme, dan seperti yang dikatakan Duhem, karena filsafat Islam telah menampung dan mempertemukan berbagai aliran pikiran. Kalau filsafat Yunani merupakan sumbernya, maka tidak aneh kalau kebudayaan India dan Iran juga menjadi sumbernya.
            Perpindahan dan pertukaran pikiran tidak selalu berarti berhutang budi. Sesuatu persoalan kadang-kadang dibicarakan dan diselidiki oleh orang banyak dan hasilnya bisa bermacam-macam corak. Filosof-filosof Islam pada umumnya hidup dalam lingkungan dan suasana yang berbeda dari apa yang dialami oleh filosof-filosof lain, dan pengaruh-pengaruh lingkungan dan suasana terhadap jalan pikiran mereka tidak bisa dilupakan. Pada akhirnya tidak bisa dipungkiri bahwa dunia Islam telah berhasil membentuk suatu filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat Islam sendiri.
  1. Ruang lingkup Filsafat Islam Menurut Para Filosof
  1. Al-Kindi
Dikalangan kaum Muslimin, orang yang pertama kali memberikan pengertian filsafat dan lapangannya ialah Al-Kindi. Ia membagi filsafat kepada tiga bagian, yaitu:
1)      Thibiyyat (ilmu fisika), sebagai tingkatan yang paling bawah
2)      Al-ilm-ur-Riyadi (matematika), sebagai tingkatan yang tengah-tengah
3)      Ilm-ur-Rubiyyah (ilmu ketuhanan), sebagai tingkatan yang paling tinggi
Alasan pembagian tersebut ialah karena ilmu adakalanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat diindra, yaitu sesuatu yang berupa benda, yakni fisika, atau adakalanya berhubungan dengan benda tetapi mempunyai wujud sendiri, yaitu matematika  yang terdiri dari ilmu hitung, tehnik, astronomi dan musik, atau tidak berhubungan dengan benda sama sekali, yaitu ilmu ketuhanan.
  1. Al-Farabi
Tentang lapangan filsafat Islam, Al-Farabi membaginya kepada dua bagian yaitu:
1)      Al-Falsafah an-nadhariyyah (filsafat teori), yaitu mengetahui sesuatu yang ada, dimana seseorang tidak bisa (tidak perlu) mewujudkannya dalam perbuatan. Bagian ini meliputi ilm-at-at-a’alim (matematika), al-ilm-ut-thabi’i (ilmu fisika) dan ilm ma ba’da at-thabi’iyyat (metafisika).
2)      Al-Falsafah al-‘amaliyyah (filsafat amalan), yaitu mengetahui sesuatu yang seharusnya diwujudkan dalam perbuatan dan yang menimbulkan kekuatan untuk mengerjakan bagian-bagian yang baik. Bagian amalan ini adakalanya berhubungan dengan perbuatan-perbuatan baik yang seharusnya dikerjakan oleh tiap-tiap orang, yaitu yang dinamakan ilmu akhlak (etika), adakalanya berhubungan dengan perbuatan-perbuatan baik yang seharusnya dikerjakan oleh penduduk negeri, atau disebut dengan al-falsafah al-madaniyyah (filsafat politik).
  1. Ikhwanushafa
Menegenai lapangan filsafat, maka dikatakannya ada empat yaitu matematika, logika, fisika, dan ilmu ketuhanan.
Ilmu ketuhanan mempunyai bagian-bagian, yaitu:
1)      Mengenai Tuhan
2)      Ilmu kerohanian, yaitu malaikat-malaikat Tuhan
3)      Ilmu kejiwaan, yaitu mengetahui roh-roh dan jiwa-jiwa, yang ada pada benda-benda langit dan alam.
4)      Ilmu politik yang mencakup politik kenabian, politik pemerintah, politik umum (politik kekotaan), politik khusus (politik rumah tangga), politik pribadi (akhlak).
5)      Ilmu keakhiratan, yaitu mengetahui hakikat kehidupan dihari kemudian.
  1. Ibnu Sina
Bagian-bagian filsafat ketuhanan menurut Ibnu Sina ialah:
1)      Ilmu tentang cara turunnya wahyu dan makhluk-makhluk rohani yang membawa wahyu itu, demikian pula bagaimana cara wahyu itu di sampaikan, dari sesuatu yang bersifat rohani kepada sesuatu yang dapat dilihat dan didengar.
2)      Ilmu keakhiratan (ma’ad), antara lain memperkenalkan kepada kita bahwa manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang abadi itu akan mengalami siksa dan kesenangan.
  1. Sikap AL-Ghazali terhadap filosof
            Al-Ghazali adalah orang yang pertama mendalami filsafat dan yang sanggup melakukan pengkritikan. Dan hasil penelitiannya ditulis dalam sebuah buku yang berjudul Maqasid al-Falasifah dan Tahafut al-Falasifah.
            Menurut Al-Ghazali, lapangan filsafat ada enam, yaitu matematika, logika, fisika, metafisika (ketuhanan), politik dan etika. Hubungan keenam hal tersebut dengan agama tidak sama, ada yang tidak berlawanan sama sekali dan ada yang berlawanan dengan agama.
  1. Matematika
Menurut Al-Ghazali, agama tidak melarang ataupun memerintahkan ilmu matematika (ilmu pasti), karena ilmu adalah hasil pembuktian pikiran yang tidak bisa diingkari, sesudah dipahami dan diketahui.

  1. Logika
Lapangan logika menurut Al-Ghazali, juga tidak ada sangkut pautnya dengan agama, atau dengan perkataan lain. Agama tidak memerintahkan atau melarang logika, karena logika berisi penyelidikan tentang dalil-dalil (alasan-alasan) pembuktian, kias-kias (syllogisme), syarat-syarat pembuktian(burhan), definisi-definisi dan sebagainya. Dan hal ini tidak perlu diingkari, karena masih sejenis dengan yang dipakai oleh ulama-ulama theologi Islam.
  1. Ilmu fisika
Menurut Al-Ghazali, membicarakan tentang planet-planet, unsur-unsur (benda-benda) tunggal seperti air, hawa, tanah, dan api, kemudian benda-benda tersusun seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, logam, sebab-sebab perubahan dan pelarutannya. Pembahasan tersebut sejenis dengan pembahasan lapangan kedokteran, yaitu menyelidiki tubuh orang, anggota-anggota badannya dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi didalamnya. Sebagaimana agama tidak diisyaratkan mengingkari ilmu kedokteran, maka demikian pula dengan ilmu fisika juga tidak perlu diingkari.
  1. Metafisika (ketuhanan)
Menurut Al-Ghazali, banyak sekali berisi kesalahan filosof-filosof. Mereka tidak bisa mengadakan ketelitian dalam lapangan ketuhanan, sebagaimana yang telah diadakan oleh mereka dala lapangan logika, dan oleh karena itu perbedaan pendapat mereka dalam lapangan tersebut banyak sekali. Diantara tokoh Yunani yang mendekati filosof-filosof Islam, seperti yang dinukilkan oleh Al-Farabi dan Ibnu Sina, ialah Aristoteles. Kesalahan-kesalahan mereka dalam lapangan tersebut ada duapuluh soal, dalam tujuh belas soal diantaranya mereka harus dinyatakan sebagai orang-orang bidat, sedangkan dalam tiga soal lagi mereka dinyatakan sebagai ateis (kafir), karena pikiran-pikiran mereka dalam tiga soal tersebut berlawanan sama sekali dengan pendirian semua kaum muslimin.
  1. Politik
Menurut Al-Ghazali, semua kata-kata para filosof  berkisar pada satu soal saja, yaitu hikmat kebijaksanaan yang bertalian dengan soal-soal dan kekuasaan duniawi.
  1. Etika (moral)
Dalam segi etika (akhlak), perkataaan mereka berkisar pada sifat jiwa, macam-macamnya dan cara menghadapinya.
            Tiga pikiran filsafat metafisika yang menurut Al-Ghazali sangat berlawanan dengan Islam dan yang oleh karenanya para filosof harus dinyatakan sebagai orang ateis ialah:
  1. Alam tak bermula
Tentang alam yang tak bermula, yang dilontarkan oleh para filosof , dengan tegas Al-Ghazali menentang argumen ini karena menurutnya alam berasal dari tidak ada menjadi ada sebab diciptakan oleh Tuhan. Dalam al-quran dengan jelas disebutkan bahwa Tuhan adalah pencipta dari segala sesuatu. Dan menurut Al-Ghazali, tidak ada seorangpun dari orang Islam yang menganut paham bahwa alam tidak bermula.
  1. Tuhan tidak mengetahui perincian alam
Mengenai pendapat para filosof yang menyatakan bahwa Tuhan hanya mengetahui alam secara global, tetapi tidak secara partikular.  Al-Ghazali menentang dengan jawaban bahwa tidak ada sebutir atompun yang ada dilangit dan dibumi yang luput dari pengetahuan-Nya . Selanjutnya, menurut Al-Ghazali jika Tuhan tidak mengetahui hal-hal yang bersifat partikular, maka ini akan mengakibatkan terhapusnya inayah Tuhan terhadap makhlukNya sehingga hal ini akan menafikan pahala dan siksa di akhirat.
  1. Pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani
Al-Ghazali menolak pendapat filosof yang mengatakan bahwa pada hari kiamat nanti hanya jiwa (roh) saja yang dibangkitkan, sedangkan badan atau jasad tidak. Menurutnya bahwa yang dibangkitkan nanti adalah jiwa dan badan.

C.         KESIMPULAN
            Para penulis berbeda pendapat dalam memberikan nama, apakah filsafat Arab ataukah filsafat Islam. Diantara penulis yang menamakan filsafat Arab adalah Maurice de Wulf dalam bukunya Histoire de la Philosophie Medievale (sejarah filsafat abad pertengahan), dan Emile Brehier dalam bukunya Histoire de la Philosophie (sejarah filsafat). Sedangkan penulis yang memakai istilah filsafat Islam diantaranya ialah Max Horten, sarjana Jerman dalam soal-soal keislaman. Alasannya memberikan istilah filsafat Islam karena kebanyakan tokoh-tokohnya bukan dari keturunan Semit, jelasnya bukan dari umat Arab. Oleh karena itu maka filsafat tersebut dipertalikan kepada Islam.
            Ruang lingkup filsafat Islam menurut para filosof
  1. Al-Kindi
Al-Kindi membagi filsafat kepada tiga bagian, yaitu:
1)      Thibiyyat (ilmu fisika), sebagai tingkatan yang paling bawah
2)      Al-ilm-ur-Riyadi (matematika), sebagai tingkatan yang tengah-tengah
3)      Ilm-ur-Rubiyyah (ilmu ketuhanan), sebagai tingkatan yang paling tinggi
  1. Al-Farabi
Tentang lapangan filsafat Islam, Al-Farabi membaginya kepada dua bagian yaitu:
1)      Al-Falsafah an-nadhariyyah (filsafat teori)
2)      Al-Falsafah al-‘amaliyyah (filsafat amalan)
  1. Ikhwanushafa
Menegenai lapangan filsafat, maka dikatakannya ada empat yaitu matematika, logika, fisika, dan ilmu ketuhanan.
  1. Ibnu Sina
Bagian-bagian filsafat ketuhanan menurut Ibnu Sina ialah:
1)      Ilmu tentang cara turunnya wahyu dan makhluk-makhluk rohani yang membawa wahyu itu, demikian pula bagaimana cara wahyu itu di sampaikan, dari sesuatu yang bersifat rohani kepada sesuatu yang dapat dilihat dan didengar.
2)      Ilmu keakhiratan (ma’ad), antara lain memperkenalkan kepada kita bahwa manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang abadi itu akan mengalami siksa dan kesenangan.
















DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Ahmad. 1990. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Nasution, Harun. 1983. Falsafat & Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Nata, Abuddin. 1995. Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf. Jakarta: Raja Gravindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar